Nasib Insentif Mobil Listrik 2025 Belum Jelas, Chery Siapkan Rencana Jangka Panjang

Insentif Mobil Listrik

Categories :

Gousbuz.com – (Jakarta, 31 Oktober 2025) — Pemerintah Indonesia kini mengkaji kelanjutan program insentif mobil listrik. Program strategis ini dijadwalkan akan berakhir pada tahun 2025. Kebijakan tersebut, terutama insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) DTP 10 persen, telah berhasil mendorong adopsi kendaraan listrik di Tanah Air. Di tengah ketidakpastian ini, para pelaku industri otomotif pun mulai menyusun strategi baru.

PT Chery Sales Indonesia (CSI), sebagai salah satu pemain kunci, turut angkat bicara. Mereka berharap pemerintah mempertahankan kebijakan pro-elektrifikasi ini. Namun, Chery juga menegaskan telah memiliki rencana bisnis yang solid dan adaptif. Mereka siap menghadapi apa pun keputusan pemerintah. Artikel ini akan mengulas tanggapan Chery secara komprehensif. Kami juga menganalisis dampak potensial dari perubahan kebijakan fiskal ini.

Peran Vital Insentif Mobil Listrik bagi Ekosistem EV

Program insentif fiskal saat ini terbukti efektif menstimulasi minat konsumen. Melalui PMK Nomor 12 Tahun 2025, pemerintah menanggung PPN sebesar 10 persen. Syaratnya, mobil listrik tersebut harus memenuhi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen. Hal ini membuat konsumen hanya perlu membayar PPN sebesar 2 persen. Tentu ini memangkas harga jual akhir kendaraan secara signifikan. Chief Operating Officer PT CSI, Wang Peng, menyatakan kebijakan ini menguntungkan pelanggan secara langsung.

“Kalau ada insentif, tentu itu menjadi keuntungan bagi pelanggan, bukan hanya untuk Chery karena dengannya bisa membantu menurunkan harga jual ke konsumen,” ujar Wang Peng di Jakarta, Kamis (30/10/2025). Ia menambahkan, tren kendaraan listrik baterai (BEV) masih sangat positif. Pemerintah juga terus mendorong pengembangan ekosistem kendaraan ramah lingkungan. Tujuannya untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Strategi Adaptif Chery Menghadapi Ketidakpastian Fiskal

Chery menyadari bahwa kebijakan insentif mobil listrik dapat berubah sewaktu-waktu. Karena itu, mereka tidak hanya bergantung pada satu skenario. Wang Peng menegaskan pihaknya telah menyiapkan strategi jangka panjang yang komprehensif. Strategi ini bertujuan untuk menjaga momentum pertumbuhan dan daya saing perusahaan. Salah satu pilar utamanya adalah diversifikasi produk elektrifikasi.

“Kita belum tahu insentif yang ada akan ditiadakan atau disesuaikan di tahun depan,” katanya. Oleh karena itu, perusahaan akan segera membawa masuk model Plug-in Hybrid (PHEV). Mereka juga akan memperkenalkan Range-Extended Electric Vehicle (REEV) pada tahun mendatang. Langkah ini merupakan strategi mitigasi risiko yang cerdas. Kendaraan PHEV dan REEV menawarkan jembatan teknologi. Model ini mengatasi kekhawatiran jarak tempuh dan dapat menjangkau segmen pasar yang lebih luas.

Mengejar Target TKDN sebagai Pilar Utama Chery

Komitmen Chery untuk pasar Indonesia terlihat jelas. Ini bukan hanya soal produk, tapi juga upaya serius untuk meningkatkan kandungan lokal. Memenuhi syarat TKDN 40 persen adalah kunci untuk menikmati program PPN DTP. Chery dengan bangga menyatakan produk mereka saat ini telah melampaui ambang batas tersebut. Bahkan, mereka telah menetapkan target yang lebih ambisius untuk masa depan.

“Sekarang produk kami yang ada sudah memenuhi TKDN lebih dari 40 persen. Tahun depan, target kami bisa mencapai 60 persen,” tegas Wang. Peningkatan komponen lokal ini menjadi fondasi penting. Hal ini sangat krusial menjelang berakhirnya kebijakan insentif impor CBU pada akhir 2025. Setelah periode tersebut, produsen wajib melakukan perakitan lokal (CKD). Dengan target TKDN 60 persen, Chery menunjukkan kesiapannya untuk memperdalam industrialisasi otomotif di Indonesia.

Dampak Potensial Perubahan Insentif Mobil Listrik Terhadap Pasar

Keputusan pemerintah mengenai kelanjutan program insentif mobil listrik akan menjadi momen krusial. Jika insentif berhenti, kenaikan harga jual mobil listrik tidak terhindarkan. Hal ini dapat sedikit memperlambat laju adopsi kendaraan listrik. Terutama di segmen konsumen yang sensitif terhadap harga. Namun, beberapa analis berpendapat pasar mulai matang. Ketergantungan pada insentif mungkin akan mulai berkurang.

Analis juga memperkirakan harga baterai dan komponen lainnya akan terus menurun. Hal ini terjadi seiring peningkatan produksi lokal dan skala ekonomi. Dalam konteks ini, strategi Chery mempercepat TKDN menjadi sangat relevan. Dengan menekan biaya produksi, mereka dapat menjaga harga jual tetap kompetitif. Ini berlaku bahkan tanpa dukungan insentif fiskal penuh. Apa pun hasilnya, komitmen Chery untuk patuh pada regulasi dan terus berinovasi menempatkan mereka pada posisi yang kuat di masa depan.