Jangan Asal Beli: Ini Konsekuensi Berat Merawat Mesin Diesel Modern
Gousbuz.com – 12 November 2025 – Mobil diesel modern, seperti Toyota Fortuner, Mitsubishi Pajero Sport, hingga model premium BMW dan Mercedes-Benz, menawarkan torsi badak dan efisiensi bahan bakar yang luar biasa. Namun, di balik performa impresif tersebut, ada sebuah konsekuensi yang tidak bisa ditawar: Perawatan Diesel Common Rail yang sangat sensitif terhadap kualitas bahan bakar. Banyak pemilik baru yang terkejut dengan biaya perawatan tinggi, padahal penyebab utamanya adalah kelalaian mereka sendiri.
Apin, pemilik bengkel spesialis Pelita Motor di sentra otomotif Blok M Mall, mengingatkan adanya paradoks besar di kalangan pemilik mobil baru. Ia sering menemui pemilik yang rela merogoh kocek ratusan juta rupiah untuk membeli mobil, namun enggan mengeluarkan uang lebih untuk bahan bakar diesel berkualitas.
“Kandungan bahan bakarnya itu harus sesuai. Jadi bahan bakar yang kita beli ya harus sesuai dengan yang seharusnya kita dapat,” kata Apin kepada Kompas.com pekan lalu. “Masa sudah bisa beli mobil ratusan juta rupiah, tapi mau pakai solar yang jelek atau kualitasnya buruk, kan tidak masuk akal,” ujar Apin.
Mengapa Mesin Diesel Modern Sangat Sensitif?
Berbeda dengan mesin diesel “kebo” (seperti Panther atau Kijang diesel lama) yang memiliki toleransi tinggi, mesin diesel modern menggunakan teknologi Common Rail Direct Injection (CRDi). Sistem ini bekerja dengan tekanan bahan bakar yang sangat tinggi, bisa mencapai lebih dari 25.000 psi. Tekanan ekstrem ini bertujuan memecah partikel solar menjadi kabut yang sangat halus agar pembakaran sempurna, efisien, dan ramah lingkungan.
Oleh karena itu, semua komponen di jalur bahan bakar memiliki desain yang sangat presisi. “Semua prinsipal yang mengeluarkan mobil common rail, entah itu Mitsubishi, Toyota, Mercedes, BMW, atau merek lainnya, pasti memberikan pedoman bahwa mobil tersebut harus menggunakan bahan bakar dengan kadar sulfur rendah,” jelas Apin.
Bahaya Sulfur Tinggi pada Perawatan Diesel Common Rail
Masalah utama dari solar berkualitas buruk (seperti Biosolar) adalah tingginya kandungan sulfur. Standar Euro 4 mewajibkan kadar sulfur maksimal 50 ppm (parts per million). Sementara itu, Biosolar (standar Euro 2) memiliki kandungan sulfur hingga 2.500 ppm.
Sulfur yang tinggi ini, saat terbakar, meninggalkan banyak residu karbon dan kerak (endapan). Endapan inilah yang menjadi musuh utama sistem common rail. Apin menjelaskan bahwa kerak ini akan menyumbat komponen paling vital: nozzle injector.
“Lubang injektor pada mesin diesel modern sangat kecil dan presisi, bahkan ada yang seukuran rambut,” kata Apin. Jika lubang mikroskopis itu terkena kotoran atau endapan dari bahan bakar berkualitas rendah, semprotan solar akan terganggu. Gejalanya bermacam-macam, mulai dari performa mesin menurun drastis, mesin “pincang” (bergetar hebat), hingga asap hitam pekat keluar dari knalpot.
Komponen Vital Lain yang Rusak Akibat Solar Murah
Kerusakan tidak berhenti di injector. Sebelum mencapai injector, solar akan melewati high-pressure fuel pump (pompa bahan bakar tekanan tinggi). Komponen mahal ini juga sangat rentan terhadap pelumasan yang buruk dari solar jelek.
Selain itu, ada komponen bernama Suction Control Valve (SCV). Katup ini bertugas mengatur jumlah solar yang masuk ke pompa tekanan tinggi. Endapan kerak dari solar buruk seringkali membuat SCV macet atau tersumbat. Jika SCV bermasalah, mobil akan sulit hidup, idle tidak stabil (RPM naik-turun), atau bahkan mesin mati mendadak saat berjalan pelan. Ini adalah masalah klasik yang sering menimpa Fortuner atau Pajero yang “dipaksa” minum Biosolar.
Biaya Perbaikan Akibat Kelalaian Perawatan Diesel Common Rail
Di sinilah letak konsekuensi finansial yang sering tidak disadari pemilik. Mereka mungkin merasa hemat beberapa ribu rupiah per liter saat mengisi Biosolar. Namun, biaya perbaikan yang menanti jauh lebih mahal.
Contoh sederhana, biaya servis atau kalibrasi injector common rail saja sudah memakan biaya jutaan rupiah. Jika injector sudah rusak parah dan harus diganti, harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah untuk satu set (4 injector). Belum lagi jika pompa tekanan tinggi ikut rusak, biaya penggantiannya bisa lebih mahal lagi. Hemat ratusan ribu rupiah dalam setahun untuk bahan bakar, tapi harus mengeluarkan puluhan juta untuk sekali perbaikan tentu tidak masuk akal.
Rekomendasi Bahan Bakar untuk Perawatan Diesel Common Rail
Apin menegaskan bahwa syarat mutlak agar injector, pompa, dan katup kontrol awet adalah menggunakan bahan bakar diesel rendah sulfur. Idealnya, mobil diesel modern harus menggunakan bahan bakar standar Euro 4/5 dengan kandungan sulfur maksimal 50 ppm.
Di Indonesia, pilihan yang tersedia adalah Pertamina Dex (CN 53, Sulfur max 50 ppm) atau Shell V-Power Diesel (CN 51, Sulfur max 10 ppm). Sebagai alternatif minimum, beberapa bengkel masih memperbolehkan penggunaan Dexlite (CN 51, Sulfur max 1.200 ppm). Meskipun jauh lebih baik dari Biosolar (Sulfur 2.500 ppm), angka 1.200 ppm masih di atas rekomendasi ideal pabrikan.
Pada akhirnya, menggunakan bahan bakar berkualitas tinggi adalah bentuk Perawatan Diesel Common Rail yang paling mudah dan paling murah. Ini bukan soal gaya-gayaan, tapi soal menjaga investasi ratusan juta rupiah agar tidak rusak sia-sia karena kelalaian sepele.
