PENYUSUTAN PASAR LCGC MAKIN MENYUSUT: FAKTOR DI BALIK PENURUNAN PANGSA HINGGA 4%

Gousbuz.com – Jakarta, 17 Oktober 2025 – Pangsa pasar mobil Low Cost Green Car (LCGC) terus mengalami penyusutan signifikan. Sepanjang periode Januari hingga September 2025, pangsa pasar segmen ini turun sebesar 4% dibandingkan capaian tahun sebelumnya. Penyusutan Pasar LCGC ini menjadi sinyal jelas. Posisi LCGC sebagai mobil pilihan utama masyarakat kelas menengah mulai tergeser persaingan di segmen lain yang menawarkan nilai tambah lebih menarik.
Gaikindo merilis data distribusi dari pabrik ke dealer (wholesales). Segmen LCGC hanya mencatat total 89.051 unit penjualan selama Januari-September 2025. Angka ini menunjukkan kemerosotan tajam hingga 33,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada periode tersebut, LCGC masih menembus angka 134.818 unit. Analisis memperlihatkan pelemahan serupa dari sisi penjualan retail. Penjualan LCGC ke tangan konsumen hanya mencapai 97.723 unit. Ini berarti terjadi penurunan sekitar 28% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 135.402 unit. Penurunan ini menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan pabrikan. LCGC selalu menjadi tulang punggung volume penjualan otomotif nasional selama lebih dari satu dekade.
DATA PENJUALAN MENGKHUATIRKAN: POSISI LCGC TERGERUS
Data Gaikindo menunjukkan bahwa Penyusutan Pasar LCGC kian mengikis market share. Sepanjang Januari-September 2025, pangsa pasar LCGC mencapai hanya sebesar 16% dari total pasar otomotif nasional. Padahal, pada tahun penuh 2024, segmen ini masih menguasai sekitar 20% pasar otomotif nasional. Penurunan empat persentase poin ini mengirimkan sinyal bahaya bagi produsen yang sangat mengandalkan volume penjualan dari segmen LCGC, seperti Toyota, Daihatsu, dan Honda.
Untuk memvisualisasikannya, bayangkan setiap penurunan persentase menghilangkan puluhan ribu unit mobil dari total penjualan. Sejak diluncurkan pada era Presiden SBY, LCGC bertujuan menyediakan mobil baru dengan harga terjangkau (di bawah Rp150 juta) serta konsumsi bahan bakar efisien. Namun, kini harga rata-rata model LCGC seperti Toyota Agya, Daihatsu Ayla, atau Honda Brio Satya telah melambung. Harga ini menempatkan mereka dalam rentang yang tidak lagi “low cost”. Pergeseran ini memaksa konsumen mempertimbangkan opsi lain. Akhirnya, posisi LCGC terancam serius.
HILANGNYA IDENTITAS “LOW COST”: FAKTOR HARGA
Analisis menunjukkan faktor-faktor eksternal dan internal telah berkonspirasi melemahkan daya tarik segmen ini. Awalnya, pabrikan memposisikan LCGC sebagai mobil pertama dengan harga yang benar-benar terjangkau. Namun, kondisi pasar saat ini telah berubah drastis. Berdasarkan pantauan harga di dealer resmi, banyak model LCGC yang kini menyentuh kisaran harga Rp180 juta hingga Rp200 juta. Penyusutan Pasar LCGC semakin terasa karena kenaikan harga ini.
Kenaikan harga merupakan akumulasi dari beberapa faktor kunci. Pertama, regulasi emisi pemerintah makin ketat, misalnya standar Euro 4. Ini memaksa produsen menanamkan teknologi baru pada mesin. Teknologi ini secara otomatis meningkatkan biaya produksi. Kedua, produsen menambahkan fitur-fitur keselamatan dan kenyamanan, seperti dual airbag, ABS (Anti-lock Braking System), dan fitur hiburan modern, untuk meningkatkan daya saing model. Semua penambahan ini, meskipun esensial, secara langsung menghilangkan citra “low cost” yang selama ini menjadi daya jual utama segmen tersebut. Dengan demikian, daya tarik sebagai kendaraan “low cost” semakin memudar di mata konsumen.
DAMPAK GUNCANGAN EKONOMI: PELEMAHAN DAYA BELI
Situasi ekonomi makro juga memainkan peran besar dalam fenomena Penyusutan Pasar LCGC. Ketidakstabilan ekonomi, terutama akibat inflasi dan kenaikan suku bunga kredit pinjaman, membuat banyak calon pembeli menunda keputusan membeli mobil pertama. Segmen LCGC, yang utamanya menyasar pembeli baru dan sensitif terhadap harga, paling merasakan dampak tekanan ekonomi ini.
Kenaikan suku bunga kredit otomatis meningkatkan total biaya kepemilikan mobil. Ketika suku bunga naik, jumlah uang muka (Down Payment atau DP) dan cicilan bulanan ikut melambung. Bagi konsumen kelas menengah yang mengalokasikan pendapatan secara ketat, peningkatan cicilan sedikit saja dapat membatalkan rencana pembelian.
Seorang Pengamat Otomotif menjelaskan akar masalah ini. “Penurunan daya beli masyarakat karena inflasi dan suku bunga tinggi menjadi faktor utama yang memengaruhi penjualan mobil saat ini,” ujarnya. Ia menegaskan, “Selain itu, kenaikan harga segmen terbesar LCGC juga memengaruhi keputusan pembelian konsumen.” Pernyataan ini menekankan bahwa guncangan ekonomi sangat rentan memengaruhi konsumen LCGC. Kenaikan harga, meskipun kecil, dapat secara langsung memengaruhi kemampuan mereka dalam mengambil kredit.
PERGESERAN PREFERENSI KONSUMEN DAN ANCAMAN EV
Konsumen kini mulai mempertimbangkan segmen lain. Pilihan mereka bergeser ke segmen mobil bekas atau mobil city car non-LCGC. Kedua segmen ini menawarkan nilai tambah fitur dan citra merek yang lebih baik dengan selisih harga yang semakin tipis. Misalnya, konsumen sekarang dapat memperoleh SUV kompak entry-level bekas dengan harga yang hampir setara dengan LCGC baru termahal. Ini menunjukkan perubahan preferensi. Konsumen tidak hanya mencari harga termurah, tetapi mencari value atau nilai terbaik.
Selain itu, ancaman jangka panjang datang dari segmen Electric Vehicle (EV) entry-level. Meskipun pangsa pasar EV masih kecil, beberapa model EV kompak, seperti Wuling Air EV atau Seres E1, kini mulai menawarkan harga yang mendekati kisaran LCGC teratas. Meskipun infrastruktur pengisian daya masih menjadi tantangan, EV menawarkan insentif fiskal, biaya operasional harian yang jauh lebih rendah, dan citra modern. Hal ini dapat menggerus konsumen LCGC dalam beberapa tahun ke depan.
STRATEGI PRODUSEN MENGHADAPI PENYUSUTAN PASAR LCGC
Untuk mengatasi tantangan ini, produsen mobil yang bermain di segmen LCGC perlu melakukan evaluasi strategis menyeluruh. Prioritas utama harus kembali fokus pada efisiensi biaya produksi agar harga jual LCGC tetap kompetitif. Ini berarti produsen harus meningkatkan lokalisasi komponen dan menekan biaya logistik secara efektif.
Produsen juga dapat menawarkan skema cicilan yang lebih ringan, misalnya bekerja sama dengan lembaga pembiayaan. Tujuannya adalah menanggung sebagian bunga atau memperpanjang tenor cicilan. Strategi lain termasuk promosi khusus yang menargetkan pembeli mobil pertama. Promosi ini memberi nilai tambah seperti paket servis gratis yang diperpanjang. Mereka harus mengubah narasi pemasaran, dari sekadar “mobil murah” menjadi “mobil paling efisien, aman, dan dapat diandalkan” di segmen entry-level.
Apabila tren Penyusutan Pasar LCGC ini terus berlanjut, kita akan melihat pergeseran prioritas produksi dari pabrikan mobil. Mereka mungkin akan lebih fokus pada segmen yang menunjukkan pertumbuhan. Hanya dengan inovasi dan penyesuaian harga, segmen LCGC dapat kembali merebut hati konsumen yang saat ini cenderung menahan diri untuk melakukan pembelian besar.