Ramai Bensin Bobibos, Ini Kata Gaikindo dan Pakar Energi
Gousbuz.com – (8 November 2025) — Kemunculan bahan bakar baru bermerek Bensin Bobibos sontak menimbulkan tanda tanya di tengah masyarakat. Publik merespons klaim ambisiusnya, yang produsen sebut setara RON 98 namun tetap ramah lingkungan. Namun, di balik kemunculannya, kalangan industri otomotif dan pakar energi justru mengambil sikap hati-hati. Mereka menyambut baik inovasi, tetapi menuntut adanya pembuktian ilmiah yang transparan.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) dan pakar energi dari Universitas Indonesia sepakat bahwa klaim sepihak tidak cukup. Kini, berbagai pihak menantang PT Inti Sinergi Formula, selaku produsen, untuk membuka data uji laboratorium mereka. Oleh karena itu, transparansi menjadi tuntutan utama sebelum pasar bisa menerima bahan bakar ini secara luas.
Gaikindo Menyambut Positif, Namun Tuntut Sertifikasi
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengambil sikap terbuka namun kritis terhadap kehadiran Bensin Bobibos. Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menyebut pihaknya menyambut positif inovasi tersebut. Ia melihatnya sebagai potensi alternatif bahan bakar baru di dalam negeri. “Kita terbuka, silakan saja kalau memang bisa jadi alternatif bahan bakar yang ada sekarang,” ujar Kukuh saat media menemuinya di Jakarta, Jumat (7/11/2025).
Meskipun demikian, Kukuh menegaskan bahwa Gaikindo hingga saat ini belum menerima informasi lengkap. Pihaknya tidak mengetahui asal-usul maupun spesifikasi teknis rinci dari bensin yang produsen produksi itu. Menurut dia, produsen bahan bakar baru sebaiknya proaktif. Mereka harus menyertakan hasil uji laboratorium dan sertifikasi dari lembaga berwenang. Hal ini sangat penting agar masyarakat dan pelaku industri otomotif memiliki acuan yang jelas dan tidak membeli berdasarkan klaim.
“Spesifikasinya seperti apa, siapa yang menguji, di mana, berapa lama, dan sebagainya, karena konsumen tidak bisa hanya memercayai klaim sepihak,” kata Kukuh. Ia menambahkan, acuan utama industri otomotif Indonesia adalah Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) Kementerian ESDM. Gaikindo akan menunggu hasil uji resmi dari Lemigas sebelum memberikan tanggapan lebih lanjut. Sikap “wait and see” ini wajar. Gaikindo mewakili produsen kendaraan, dan garansi kendaraan tersebut bergantung pada penggunaan BBM yang sesuai standar.
Keraguan Pakar Energi: “Bagaimana Prosesnya?”
Keraguan yang lebih mendalam datang dari sisi akademisi. Ketua Pusat Studi Kebijakan Energi dan Pertambangan (Puskep) Universitas Indonesia, Ali Ahmudi, berpendapat bahwa klaim Bensin Bobibos setara RON 98 perlu kajian terbuka. Hal ini penting agar publik, dan terutama komunitas ilmiah, dapat memahami dasar teknologinya.
Ali menjelaskan bahwa mencapai nilai oktan (RON) setinggi 98 bukanlah proses sederhana. Bahan bakar dengan oktan tinggi, apalagi jika produsen mengklaimnya memakai bahan nabati (biofuel), umumnya harus melalui proses pengolahan yang sangat kompleks di kilang. Proses ini juga memerlukan tambahan zat aditif tertentu untuk meningkatkan angka oktan, stabilitas, dan deterjensi.
“Apakah betul RON-nya 98, dan bagaimana prosesnya?” ujar Ali. Ia memiliki dugaan teknis tersendiri mengenai bagaimana bahan nabati bisa mencapai oktan setinggi itu. “Dugaan saya ada pencampuran hidrogen untuk melepas O2 (oksigen). Tapi kita tunggu saja penjelasannya bagaimana,” lanjutnya.
Secara teknis, Ali memaparkan bahwa kilang minyak konvensional menghasilkan produk RON tinggi melalui teknologi pemrosesan yang panjang. Proses ini melibatkan reaksi kimia kompleks dengan bantuan katalisator. Ia mencontohkan, kita bahkan bisa mengubah minyak jelantah menjadi biodiesel (B100) atau avtur (bioavtur). Akan tetapi, proses itu memerlukan pemecahan rantai hidrokarbon (catalytic cracking) dengan katalis tertentu, yang biayanya tidak murah dan teknologinya rumit.
Pentingnya Transparansi Formula Bensin Bobibos
Ali juga menekankan bahwa klaim “nabati murni” perlu pendalaman lebih lanjut. “Secara teknis, produsen bisa memproduksi bahan bakar nabati murni seperti E100 (etanol) atau B100 (biodiesel) tanpa campuran bahan bakar fosil,” katanya. “Tapi,” ia melanjutkan, “prosesnya tetap memerlukan bahan tambahan (aditif) yang mendukung reaksi konversinya agar stabil.” Etanol murni, misalnya, bersifat korosif dan membutuhkan penyesuaian material pada mesin.
Inilah mengapa transparansi menjadi kunci. Ali Ahmudi secara tegas menekankan pentingnya transparansi dalam tiga hal: formula bahan baku, proses produksi, dan yang terpenting, hasil uji laboratorium pihak ketiga yang independen. Publik dan industri berhak menilai kualitas, keamanan, dan kesesuaian standar bahan bakar baru tersebut. Tanpa data yang terbuka, Bensin Bobibos akan selamanya menjadi “kotak hitam” yang dapat berisiko bagi konsumen.
Transparansi ini sangat krusial bagi industri otomotif. Gaikindo, yang mewakili para produsen mobil (APM) di Indonesia, sangat berkepentingan dengan spesifikasi bahan bakar. Para insinyur merancang mesin-mesin modern yang berstandar emisi tinggi (seperti Euro 4 ke atas) dengan sangat presisi. Penggunaan bahan bakar yang tidak sesuai standar dapat merusak komponen sensitif. Kerusakan ini bisa terjadi pada injektor, filter bahan bakar, catalytic converter, dan sensor oksigen. Hal ini pada akhirnya bisa memengaruhi dan menggugurkan garansi kendaraan dari APM untuk konsumen.
Menanti Pembuktian Ilmiah
Pada akhirnya, sikap Gaikindo dan pakar energi mengerucut pada satu titik: pembuktian ilmiah. Pemerintah dan masyarakat tentu sangat menyambut inovasi di sektor energi, terutama yang mengklaim ramah lingkungan dan memiliki performa tinggi. Hal ini sangat sejalan dengan upaya transisi energi global dan pencarian bahan bakar alternatif.
Namun, pasar otomotif yang matang tidak bisa beroperasi hanya berdasarkan testimoni atau klaim sepihak. Pasar otomotif matang memerlukan sebuah standar yang teruji, terukur, dan terverifikasi oleh lembaga independen yang kredibel, dalam hal ini adalah Lemigas. Sebelum produsen mempublikasikan hasil uji tersebut secara terbuka, industri otomotif akan tetap merekomendasikan konsumen untuk menggunakan bahan bakar yang sudah terbukti memenuhi standar. Bola kini ada di tangan produsen Bensin Bobibos untuk membuktikan klaim ambisius mereka secara ilmiah.
