Motor Listrik Melaju Kencang: Ancaman atau Peluang Pasar Baru bagi Motor Bensin?

Gousbuz.com – Jakarta, 10 Oktober 2025 – Fenomena motor listrik di Indonesia terus berkembang pesat. Berbagai merek lokal, seperti ALVA, MAKA, dan Polytron, semakin gencar bermunculan. Hal ini memperluas opsi bagi konsumen Tanah Air. Peningkatan ini memicu pertanyaan penting di industri otomotif: Mampukah laju pertumbuhan motor listrik ini mengancam dominasi motor bensin konvensional? Motor bensin telah mengakar selama puluhan tahun di Indonesia.
Data penjualan motor listrik memang menunjukkan lonjakan signifikan. Laporan industri mencatat, penjualan motor listrik bersubsidi naik ratusan persen pada tahun 2024. Namun demikian, tren positif ini tetap harus dilihat dalam konteks keseluruhan. Total populasi motor listrik (sekitar $167$ ribu unit pada tahun 2024) masih jauh di bawah total populasi sepeda motor konvensional. Total motor konvensional mencapai lebih dari $130$ juta unit di seluruh Indonesia. Rasio ini membuktikan dominasi motor bensin masih sangat kuat.
General Manager Corporate Communication PT AHM (Astra Honda Motor), Ahmad Muhibbuddin, menjelaskan bahwa kendaraan elektrifikasi saat ini belum mengancam motor bensin. Ia menegaskan, kedua jenis motor tersebut memiliki segmen pasarnya masing-masing.
“Masing-masing kami berharap bisa memasarkannya. Kami yakin, dua-duanya bisa diterima dengan baik oleh konsumennya,” ungkap Muhib di Jakarta (10/10). Ia juga menambahkan, masing-masing jenis motor punya ekspektasi dan konsumennya sendiri. Pandangan ini mencerminkan strategi produsen besar, seperti Honda. Mereka tidak hanya fokus pada produk konvensional, tetapi juga merambah pasar kendaraan listrik. Honda sendiri telah memasarkan kendaraan elektrifikasi, termasuk ICON e:, EM1 e:, EM1 e: PLUS, CUV e:, dan CUV e: RoadSync Duo. Perusahaan memberikan opsi motor listrik di Indonesia yang variatif bagi para konsumen.
Faktor Kunci: Motor Listrik Belum Geser Dominasi Motor Bensin
Meskipun penjualan motor listrik melonjak, beberapa faktor utama masih menahan laju adopsi massal. Faktor-faktor ini memastikan motor bensin tetap menjadi pilihan dominan di masa kini.
Pertama, infrastruktur pengisian daya dan penukaran baterai (battery swap) masih terbatas. Standarisasi infrastruktur juga belum seragam. Saat ini, banyak produsen motor listrik mengembangkan sistem pengisian eksklusif. Perbedaan standar konektor dan sistem pengisian antar merek memicu kekhawatiran konsumen akan kesulitan mengisi daya di perjalanan (range anxiety). Pemerintah dan pelaku industri harus bekerja sama. Tujuannya adalah harmonisasi standar pengisian daya agar ekosistem motor listrik dapat tumbuh merata.
Kedua, keterbatasan jarak tempuh dan performa menjadi kekhawatiran masyarakat. Walaupun model baru menawarkan jarak tempuh yang semakin jauh, ekspektasi konsumen terhadap ketahanan motor listrik masih tinggi. Hal ini berlaku terutama untuk perjalanan jarak menengah hingga jauh yang menjadi rutinitas pengguna motor bensin. Konsumen khawatir motor listrik tidak sekuat motor bensin. Misalnya, saat melibas tanjakan ekstrem atau saat membawa beban berat.
Terakhir, aspek harga (meskipun sudah disubsidi) dan layanan purna jual menjadi pertimbangan penting. Kekurangan bengkel yang mampu melayani perbaikan khusus kendaraan listrik menjadi hambatan tersendiri bagi calon pembeli. Isu ketersediaan suku cadang juga menambah keraguan.
Strategi Produsen Konvensional Hadapi Kompetisi Motor Listrik
Produsen otomotif konvensional seperti Astra Honda Motor tidak berdiam diri menghadapi gelombang elektrifikasi. Mereka mengadopsi strategi “dua kaki”. Perusahaan memperkuat pasar motor bensin sekaligus membangun portofolio produk listrik.
Di segmen konvensional, perusahaan terus berinovasi. Mereka fokus pada efisiensi bahan bakar dan performa mesin. Di sisi lain, mereka mulai membangun ekosistem EV mereka sendiri. Honda, misalnya, memperkenalkan teknologi listrik secara perlahan kepada basis pelanggan melalui produk seperti EM1 e:. Pendekatan ini bertujuan mengedukasi pasar secara bertahap. Ini juga memastikan konsumen memiliki opsi dari merek yang sudah mereka percayai.
Strategi ini menunjukkan, produsen besar melihat elektrifikasi sebagai peluang untuk diversifikasi produk, bukan ancaman langsung. Mereka memanfaatkan keunggulan mereka dalam jaringan distribusi yang luas dan layanan purna jual yang mapan. Hal ini mempermudah transisi pelanggan.
Merek Lokal Ambil Peran Kuasai Segmen Motor Listrik Murni
Sementara itu, merek-merek lokal seperti ALVA, MAKA, dan Polytron memanfaatkan ceruk pasar motor listrik di Indonesia yang murni. Mereka fokus pada inovasi teknologi baterai dan desain yang sesuai dengan selera anak muda urban. Merek-merek ini seringkali lebih fleksibel dalam mengadopsi sistem tukar baterai inovatif. Mereka juga bekerja sama dengan jaringan minimarket atau stasiun pengisian untuk memperluas jangkauan infrastruktur.
Polytron, misalnya, berhasil menguasai pangsa pasar signifikan dari total motor listrik bersubsidi yang terjual. Ini membuktikan bahwa konsumen menyambut baik produk lokal. Produk lokal menawarkan harga terjangkau dan performa yang memadai untuk kebutuhan sehari-hari. United E-Motor juga mencatat hasil yang baik. Ini menunjukkan persaingan di segmen ini sangat ketat dan menguntungkan konsumen.
Proyeksi Masa Depan: Keseimbangan Pasar di Indonesia
Data dan pandangan industri menunjukkan, keseimbangan antara motor bensin dan listrik di Indonesia tidak akan berubah drastis dalam waktu dekat. Peralihan memerlukan waktu; diperkirakan memakan waktu tiga hingga lima tahun sebelum pergeseran signifikan terjadi.
Kehadiran insentif pemerintah, standarisasi infrastruktur baterai, dan penurunan harga unit menjadi pendorong utama. Faktor-faktor ini akan mempercepat adopsi. Begitu infrastruktur pengisian dan tukar baterai mudah diakses, kekhawatiran konsumen akan berkurang. Dengan demikian, adopsi motor listrik di Indonesia akan semakin cepat. Kedua jenis kendaraan ini saat ini berada dalam fase koeksistensi. Mereka melayani kebutuhan konsumen yang berbeda dengan ekspektasi performa dan gaya hidup yang beragam.